Senin, 06 Agustus 2012

naskah drama "CEMBURU"

CEMBURU
(Sebuah Drama Remaja dalam Tiga Babak)
Oleh. D. Ipung Kusmawi


Para Pelaku :
1. Suci     : Ketua OSIS baru, walaupun ada sedikit cacat di kakinya tapi disukai teman-temannya karma kebaikan sifatnya.
2. Wida   :  Teman satu sekolah Suci yang berwatak kurang baik. Suka menghasut dan menghalalkan segala cara untuk mencapai keinginannya.
3. Heni    :  Teman Wida
4. Tuti     :  Teman Wida
5. Beno   :  Pacar Wida
6. Beberapa orang teman Suci yang bertampang preman.


SINOPSIS
Ketika Suci menjadi ketua OSIS baru, semua siswa mendukungnya. Hal ini didasari atas kepercayaan bahwa Suci memang mampu menempati posisi tersebut. Walaupun secara fisik kurang sempurna (Suci memiliki kaki yang pincang sebelah), tapi Suci dikenal sebagai anak terpandai di sekolahnya serta berkelakuan baik.

Dari sekian temannya yang mendukung, hanya Wida yang tidak senang terhadap Suci. Wida cemburu karena pacarnya, Beno, sering terlihat berdua dengan Suci dalam setiap kegiatan sekolah. Dia kemudian menghasut beberapa temannya untuk ikut memusuhi Suci. Dia sebarkan fitnah kalau di luar sekolah, Suci suka menjadi peminta-minta di pasar.

Fitnah telah menyebar, Suci berniat mengundurkan diri dari sekolah.


BABAK 1
Taman sekolah, siang.
WIDA SENDIRIAN MONDAR-MANDIR DI TAMAN SEKOLAH DENGAN GELISAH. KADANG DUDUK DI BANGKU PANJANG YANG DIRINDANGI POHON CEMARA KECIL. LAGU YANG CUKUP MENGHENTAK MENGIKUTI LANGKAHNYA SEJAK AWAL.

DARI KEJAUHAN, TIGA ORANG TEMANNYA MENGENDAP-NGENDAP MENDEKATINYA. MEREKA SALING BISIK, SAMPAI TERTAWA CEKIKIKAN. ADA LAGU MENGGODA KELUAR DARI MULUT MEREKA.

Usah melamun, usahlah bimbang
Kau masih perawan
Usah bersedih, usah berduka
Kau masih sang dara

Lihat ke depan, jalan membentang
Jangan hanya mengharapkan impian (2X)

HENI, DIAN, DAN TUTI :
Selamat pagi, tuan puteri…hi..hii…hiii…
HENI :
Ada apa gerangan, tuan puteri? Kenapa siang-siang begini tuan puteri duduk melamun sendiri?
DIAN :
Apa tuan puteri sedang menunggu ratu peri?
TUTI :
Atau pangerang si jantung hati?
HENI, DIAN, DAN TUTI :
Hati-hati lho, tuan puteri, nanti kesambet hantu buruk hati..
TUTI :
Dan mengutuk tuan puteri menjadi kunti, hi…hiii…hiiii….
HENI, DIAN, DAN TUTI :
hi…hiii…hiiii….
WIDA :
Apa-apaan sih, kalian! Kalian mungkin yang pada kesambet, ngomong pada ngaco begitu!
HENI, DIAN, DAN TUTI :
Maafkan kami, tuan puteri. Kalau kata-kata kami tidak berkenan di hati tuan puteri.
WIDA :
Ah, sudah. Cukup, cukup!
TUTI :
Tuan puteri…
WIDA :
Cukup Tuti, cukup! Kalian jangan menaikkan tensi darahku, dong!
TUTI :
Iya deh, iya. Tapi ada apa?
WIDA :
Aku BT tahu! Menunggu kalian di sini sampai akaran. Dari mana saja kalian?
HENI :
Sorry deh, Wid. Jam terakhir kan fisika, uhhh.. penyiksaan banget. Jangankan keluar pulang, mau kencing saja tidak ada yang berani ijin. Lihat tuh si Dian, sampe nimbus begitu.

DENGAN RASA KAGET JUGA MALU DIAN BERUSAHA MENUTUPI PANTATNYA.

DIAN :
Bohong, Wid. Aku tidak ngompol, kok. Jangan percaya si tukang ngibul. Lihat nih, ini kan bukan ompol, tapi.. hmm, anu..aku tadi duduk di bangku yang basah, jadi seperti begini ini.
TUTI :
Ngomong-ngomong ada apa sih, sampai mau-maunya kamu belain kita nunggu di sini?
HENI :
Iya, nih. Jadi penasaran. Mau bagi-bagi rejeki ya?
WIDA :
Rejeki soal gampang, soal belakangan itu. Sekarang aku mau menawarkan kepada kalian gossip yang terhangat saat ini.
HENI :
Gossip apaan, sih?
WIDA :
Kalian mau tidak?
DIAN :
Tapi bukan gossip murahan, kan?
WIDA :
Jelas bukan. Ini gossip aku dapatkan dari sumber yang seratus persen bisa dipercaya kebenarannya.
TUTI :
Ah, paling juga gossip tentang cowok ganteng lagi.
HENI :
Ngaco! Bukan cowok ganteng, tapi buaya ganteng, ha..haa..haaa… (DIAN DAN TUTI TURUT TERTAWA)
WIDA :
(kesal) Kalian mau dengar gosipnya tidak?
TUTI :
Iya, deh iya. Begitu saja kok, marah.
WIDA :
Kalian tahu si Suci, kan?
DIAN :
Suci ktua OSIS kita yang baru?
WIDA :
Iya, tapi itu gak penting.
HENI :
Suci yang jalannya begini? (BERJALAN MENIRUKAN LANGKAH ORANG YANG KAKINYA PINCANG)
TUTI :
Ada apa dengan dia?
WIDA :
Sabar, nona sabar. Menurut sumbr itu, si Suci tiap malam suka terlihat nongkrong di mall.
DIAN :
Maksudmu ngeceng, mejeng, ngerumpi?
WIDA :
Bukan, masa potongan seperti itu mejengnya di mall. Dia itu, begini… (MENIRUKAN GAYA ORANG PEMINTA-MINTA)
TUTI :
Ah, yang bener kamu, Wid?
WIDA :
Serius, masa aku bohong. Malah tadi malam aku lihat dngan mata kepalaku sendiri, si Suci sedang pasang kasi belas kasih.
DIAN :
Wah, gawat itu. Hal ini bisa mencemarkan nama baik skeolah kita.
Kita kan sudah terkenal karena menmapung anak-anak miskin!
WIDA :
Itulah masalahnya. Apalagi dia sekarang manjabat sebagai ketua OSIS. Apa kata anak-anak sekolah lain kalau sekolah kita dipimpin oleh ketua OSIS yang jadi pengemis.
TUTI :
Tapi sebentar, Wid. Apa kamu yakin kalau Suci memang jadi peminta-minta?
DIAN :
Iya, Wid. Jangan-jangan ini hanya akal-akalan kamu saja karena sekarang Suci sering terlihat jalan bareng beno, pacarmu!
WIDA :
Sumpah, aku serius. Aku jujur!
TUTI :
Ya, boleh jadi kamu cemburu sama Suci. Kamu takut kalau Suci menggaet Beno. Pincang-pincang begitu juga, Suci kan cantik.

BENO MUNCUL TIBA-TIBA MENGAGETKAN SEMUANYA.

BENO :
Siapa yang cemburu, Tut?
TUTI :
Aku cemburu! Eh, aku cemburu..  Wida, Ben yang cemburu.
BENO :
(MENDEKATI WIDA) benar begitu?
WIDA :
Siapa lagi yang cemburu tidak usah lah yaw..
BENO :
(DENGAN KEGEMBIRAAN MELUAP, DIA MENUMPAHKAN RAYUANNYA LEWAT SEBUAH LAGU)

KIDUNG PERAYU

Berjuta kumbang di taman
Hanya satu kembang idaman
Berjuta gadis impian
Hanya satu kau yang kusayang

Percayalah, aku bersumpah
Cinta kasih hanya buat Wida (2X)

WIDA :
Huu.. gombal!
BENO :
Tidak percaya? Belah dadaku!
HENI :
Hi..hi.. awas, Ben. Jangan-jangan panuan.
BENO :
 Steril dong.
WIDA :
Kita pulang yu?
BENO :
Lho, kok pulang? Kenapa?
WIDA :
Memang sekarang waktunya pulang, iya kan?
BENO :
Ya, memang. Tapi harus ada alas an yang jelas dong, kenapa jadi mendadak sensitive begini?
WIDA :
Pikir saja sendiri!

WIDA DAN KETIGA TEMANNYA YANG BERNIAT UNTUK PULANG MENGHENTIKAN LANGKAHNYA KETIKA SUCI MASUK.

SUCI :
Selamat siang semuanya?
(WIDA DAN KETIGA TEMANNYA TIDAK MENJAWAB SALAM DARI SUCI. MEREKA MALAH MENATAPNYA DENGAN NYINYIR)
BENO :
Siang juga, Ci. Kok belum kamu pulang?
SUCI :
Tadi dipanggil Pak Ridwan di kantor. Kalian sendiri kenapa belum pada pulang?
WIDA :
Kami juga sudah berniat mau pulang kok. Lama-lama di sini nanti bnisa ketularan aroma ngemis.
BENO :
Kamu bicara apa,Wid?
WIDA :
Yang kamu dengar tadi, aku bicara apa?
BENO :
Maksudku, itu bukan kalimat yang bagus diucapkan lho, Wid!
WIDA :
Oh, jadi itu tidak bagus ya? Lalu yang bagusnya bagaimana, yang begini? (MENENGADAHKAN TANGAN SEPERTI PENGEMIS) kasihan pak, kasihan saya bu…
BENO :
Wida!
TUTI :
Sudah sudah. Kenapa kalian jadi pada ribut! Malu tuh, dilihat orang.
WIDA :
(MENUNJUK SUCI) ini semua gara-gara dia, tahu!
SUCI :
Lho, kok aku? Apa salahku, Wid? Aku tidak mengerti.
WIDA :
Jelas kamu tidak mungkin bisa mengerti. Kamu kan goblok! Heran, IQ jongkok kok bisa-bisanya jadi ketua OSIS.  Ayo deh, kita pulang.
BENO :
Wida! (WIDA DAN KTIGA REKANNYA TIDAK MEMPEDULIKAN PANGGILAN BENO, MEREKA KEMUDIAN MENERUSKAN LANGKAHNYA UNTUK PULANG)
Maafkan mereka, Ci. Sifat merka mmang begitu, gois.
SUCI :
Tidak apa-apa, Ben. Mreka tidak salah kok, justru memang aku yang tidak tahu malu, tidak bias mnrima kenyataan. Dan aku memang tidak pantas untuk menjadi ketua OSIS, aku ini pin…
BENO :
Cukup, Ci. Kamu jadi ketua OSIS bukan atas kehendakmu, tapi karma sudah menjadi keputusan teman-teman yang memang percaya kepada kemampuanmu.
SUCI :
Kamu tidak usah menghiburku, Ben. Lebih baik kamu cepat susul Wida, nanti dia tambah marah ke kamu.
BENO :
Tapi kamu tidak apa-apa kan? (SUCI MENGGELENG) ya, sudah aku duluan ya. Dah..
SUCI :
Dah..

BENO MELANGKAH PERGI. DALAM KEADAAN PASRAH, SUCI DUDUK MEMENDAM SEGALA TANYA DALAM GELISAH. SAYUP-SAYUP TRDNGAR MUSIK SYAHDU MENDAYU MENYENTUH SEGALA GUNDAH DALAM HATI SUCI.

SUCI MASIH DUDUK TERMENUNG KETIKA WIDA DAN KETIGA TEMANNYA MNGENDAP-ENDAP MENDEKATINYA.

WIDA :
Wah, rupanya ketua OSIS kita masih betah nih.
TUTI :
Lagi nunggu tumpangan, ya?
HENI :
Atau mau pindah lokasi praktek?
DIAN :
Praktek apaan?
HENI :
Praktek belas kasihan, dong. Kasihan pak.. kasihan bu.. buat tambahan beli mobil.. (KETIGANYA TERTAWA)
DIAN :
Wah, tongkatnya bagus juga, Ci. (MEMEGANGI TONGKAT YANG DIPAKAI SUCI)
HENI :
Dapat nemu di mana, Ci?
WIDA :
Boleh dong kita pinjam. (MERBUT TONGKAT DARI TANGAN SUCI)
SUCI :
Jangan, jangan dong..
WIDA :
Alah, baru tongkat butut saja sudah begitu pelitnya. (MEMAKAI TONGKAT SUCI) wah, asyik juga lho, pantesan Suci betah pake tongkat ini.
HENI :
Cocok Wid, cocok. Pantes banget. Si Beno pasti tambah sayang ke kamu..
TUTI :
Bukan sayang monyong, tapi kasihan hi…hi…hii…
SUCI :
Tolong berikan tongkat itu, Wid..
WIDA :
Apa, berikan? Sabar manis, yang lain juga kan belum kebagian nyoba.
SUCI BERUSAHA MENGAMBIL TONGKAT DARI TANGAN WIDA, NAMUN WIDA MENGOPERNYA KE HENI. SUCI MEREBUTNYA, TAPI HENI MENGOPERNYA  KE TUTI, BEGITU SETERUSNYA SAMPAI SUCI TAK KUASA MENAHAN TANGISNYA. MLIHAT BEGITU, WIDA DAN KETIGA TEMANNYA MENGHENTIKAN ULAHNYA. WIDA KEMUDIAN MELMPARKAN TONGKAT KE SUCI LANTAS DENGAN PONGAHNYA MERKA MENINGGALKAN SUCI.

SUCI BANGKIT PRLAHAN, MENGAMBIL TONGKATNYA DAN MELANGKAH PULANG. ADA KIDUNG DUKA YANG MENGANTAR LANGKAH SUCI.

KIDUNG DUKA

Begini nasib diri, selalu sepi
Kebenaran hakiki, tidak berarti

Keangkuhan jadi boomerang
Kesombongan kejam nian

Tapi akan selalu kucari
Sisa kebenaran hakiki

BABAK II

HENI YANG SEDANG JALAN-JALAN DI PASAR TIBA-TIBA DIKEJUTKAN OLEH BEBERAPA ORANG PREMAN YANG MENGGANGGUNYA. MEREKA  MENCOLEKNYA, MENJAHILINYA. PERBUATAN MEREKA TERHENTI KETIKA SUCI DATANG. MEREKA MENYALAMI SUCI AKRAB SEKALI. HENI HANYA KEHERANAN MENYAKSIKAN ADEGAN ITU. APALAGI KETIKA PREMAN-PREMAN ITU KEMUDIAN MALAH DIKENALKAN SUCI KEPADANYA. AKHIRNYA HENI MENERIMA ULURAN TANGAN MEREKA. SUASANA BERUBAH AKRAB. (ADEGAN INI MENGGUNAKAN IMPROVISASI)


BABAK III

WIDA, DIAN, DAN TUTI SEDANG BERKUMPUL. ADA TAWA, ADA CANDA, ADA CELOTEHAN, ADA KEGEMBIRAAN DI RAUT MUKA MEREKA.

TUTI :
Hi..hii… sama sekali tidak kusangka, ini betul-betul di luar prkiraan.
DIAN :
Tapi semua telah terjadi, Suci telah mengundurkan diri, cabut dari sekolah secara resmi, aku dengar langsung dari bapak wali kelas.
WIDA :
Apa kata beliau?
DIAN :
Tak jelas pastinya.
TUTI :
No problem, bukan urusan kita lagi, kan? Yang jelas sekarang aku harus siap-siap untuk be-te nih!
WIDA :
Memangnya kenapa?
TUTI :
Aku bingung, siapa lagi anak yang pantas kita ledekin slain Suci?
WIDA :
Uuh.. jahat pisan!
TUTI :
Yang pasti tidak lebih jahat dari kamu, kan?
WIDA :
Jahat apanya?
TUTI :
Pak nanya, apa kamu tidak ingat siapa coba anaknya yang berani mengambil tongkat Suci selain kamu?
DIAN :
Sudahlah, tidak usah diperpanjang.  Lebih baik kita susun rencana baru, akan ke mana kita setelah ini?
TUTI :
Boleh, siapa takut. Siapa tahu di mall aku dapat temukan mainanku.
WIDA :
Mainan apa, Tut?
TUTI :
Si cantik Suci, dia ka nada di sana. Hi..hii…

BENO MASUK KETIKA MEREKA BARU SAJA HENDAK PERGI.

BENO :
Mau ke mana kalian, lari dari tanggung jawab? Kalian semua memang sama jahatnya, tidak berperikemanusiaan!
TUTI :
Sebentar, Ben. Nanti dulu, tidak ada angina tidak ada hujan kamu kok dating langsung marah begini. Ada apa?
BENO :
Aku yang seharusnya nanya, kenapa kalian tega tehadap Suci hingga dia keluar dari sekolah ini.
WIDA :
Beno sayang, kami tidak mengerti tentang semua ini, orang dia sendiri kok yang mengajukan surat permohonan pemberhentian sekolah.
BENO :
Tidak mungkin, pasti ada sebab kenapa Suci sampai memutuskan untuk keluar.
DIAN :
Mana kami tahu?
BENO :
Kalian buknnya tidak tahu, tapi tidak mai tahu. Apa yang telah kalian lakukan pada Suci?
(KETIGANYA DIAM)
Ayo jawab, kalian kan bukan batu!
(KETIGANYA MASIH DIAM)
Kalian memang benar-benar berhati batu. Aku muak dengan kalian, sekarang cepat katakana, siapa dalang dari semua ini?
(KETIGANYA SALING PANDANG)
DIAN :
Wida, Ben.
BENO :
Sudah aku duga. Kenapa kamu lakukan itu, Wid? Kenapa kamu tega melukai perasaan Suci? Aku kecewa padamu, Wid! Padahal kalau kalian mau tahu, karena Sucilah, Heni jadi selamat dari gangguan preman yang hendak mencelakakannya.

SUCI DAN HENI MASUK

HENI :
Betul apa yang dikatakan Beno. Kalau saja tidak ada Suci, aku mungkin tidak akan selamat dari gangguan prman-preman itu. Perlu kalian tahu, di mall Suci bukan menjadi peminta-minta. Tanpa ada rasa malu, Suci mau berjualan makanan kecil buatan ibunya setiap sore hingga malam. Pelanggannya banyak, trmasuk preman-preman tadi. Karena kebaikan Suci pada mereka, mereka tidak jadi menggangguku. Malahan sebaliknya, mereka berubah baik kepadaku.
WIDA :
Maafkan aku, Ci. Kuakui ini semua memang salahku. Aku terpaksa melakukannya, menghasut teman-teman supaya memusuhi kamu. Itu semua kulakukan karena aku, aku cemburu ke kamu yang sering jalan bareng dengan Beno.
TUTI :
Tapi jangan bawa kami ke urusan pribadi dong!
WIDA :
Iya, deh aku minta maaf juga ya, Tut.
TUTI :
Maaf, maaf. Sudah basi tahu! Aku tidak mau bersahabat dengan kamu lagi, kamu jahat. Aku piker kamu ngajak aku ledekin Suci karena memang Suci pantas kita ledekin. Tapi ternyata kami hanya dijadikan tumbalmu saja. Ayo Dian kita pergi saja, tidak ada gunanya berteman dengan dia!
WIDA :
Tuti, Dian, kok kalian jadi begitu sih?

DIAN DAN TUTI MELANGKAH KELUAR, WIDA MENDEKATI HENI.

WIDA :
Hen, maafkan aku ya?
HENI :
Pasti, tapi bukan untuk saat ini.
WIDA :
Hen! (HENI MELANGKAH PERGI)
WIDA :
Ben..
BENO :
Puas sekarang! Ayo Ci, kamu masih dibutuhkan di sekolah ini. Sekarang kita menghadap bapak kepala sekolah.
WIDA :
Ben, aku menyesal. Aku minta maaf.
BENO :
Tunggu sampai urusanku selesai.

BENO DAN SUCI MELANGKAH KELUAR. WIDA GELISAH SENDIRI. NAMUN TIBA-TIBA SUCI KEMBALI LAGI DAN MENGHAMPIRI WIDA. SUCI MEMELUKNYA. MEREKA BRDUA LAMA BERPELUKAN SEBELUM AKHIRNYA MELANGKAH KELUAR.

MUSIK RIANG DAN MENGHENTAK MENGIRINGI KEPERGIAN MEREKA.

Wassalam..

Istana mungil Kalimanggis, 4 juni 2002
Ditik ulang; cirea 20-an Juli 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar