CEMBURU
(Sebuah Drama
Remaja dalam Tiga Babak)
Oleh. D. Ipung
Kusmawi
Para Pelaku :
1. Suci : Ketua OSIS baru, walaupun ada sedikit cacat di kakinya tapi
disukai teman-temannya karma kebaikan sifatnya.
2. Wida : Teman satu sekolah Suci
yang berwatak kurang baik. Suka menghasut dan menghalalkan segala cara untuk
mencapai keinginannya.
3. Heni : Teman Wida
4. Tuti : Teman Wida
5. Beno : Pacar Wida
6. Beberapa orang teman Suci
yang bertampang preman.
SINOPSIS
Ketika Suci
menjadi ketua OSIS baru, semua siswa mendukungnya. Hal ini didasari atas
kepercayaan bahwa Suci memang mampu menempati posisi tersebut. Walaupun secara
fisik kurang sempurna (Suci memiliki kaki yang pincang sebelah), tapi Suci
dikenal sebagai anak terpandai di sekolahnya serta berkelakuan baik.
Dari sekian
temannya yang mendukung, hanya Wida yang tidak senang terhadap Suci. Wida
cemburu karena pacarnya, Beno, sering terlihat berdua dengan Suci dalam setiap
kegiatan sekolah. Dia kemudian menghasut beberapa temannya untuk ikut memusuhi
Suci. Dia sebarkan fitnah kalau di luar sekolah, Suci suka menjadi
peminta-minta di pasar.
Fitnah telah
menyebar, Suci berniat mengundurkan diri dari sekolah.
BABAK
1
Taman
sekolah, siang.
WIDA SENDIRIAN
MONDAR-MANDIR DI TAMAN SEKOLAH DENGAN GELISAH.
KADANG DUDUK DI BANGKU PANJANG YANG DIRINDANGI POHON CEMARA KECIL. LAGU YANG
CUKUP MENGHENTAK MENGIKUTI LANGKAHNYA SEJAK AWAL.
DARI KEJAUHAN,
TIGA ORANG TEMANNYA MENGENDAP-NGENDAP MENDEKATINYA. MEREKA SALING BISIK, SAMPAI
TERTAWA CEKIKIKAN. ADA
LAGU MENGGODA KELUAR DARI MULUT MEREKA.
Usah melamun, usahlah bimbang
Kau masih perawan
Usah bersedih, usah berduka
Kau masih sang dara
Lihat ke depan, jalan membentang
Jangan hanya mengharapkan impian (2X)
HENI, DIAN, DAN
TUTI :
Selamat pagi, tuan
puteri…hi..hii…hiii…
HENI :
Ada apa gerangan, tuan puteri? Kenapa
siang-siang begini tuan puteri duduk melamun sendiri?
DIAN :
Apa tuan puteri
sedang menunggu ratu peri?
TUTI :
Atau pangerang si
jantung hati?
HENI, DIAN, DAN
TUTI :
Hati-hati lho,
tuan puteri, nanti kesambet hantu buruk hati..
TUTI :
Dan mengutuk tuan
puteri menjadi kunti, hi…hiii…hiiii….
HENI, DIAN, DAN
TUTI :
hi…hiii…hiiii….
WIDA :
Apa-apaan sih,
kalian! Kalian mungkin yang pada kesambet, ngomong pada ngaco begitu!
HENI, DIAN, DAN
TUTI :
Maafkan kami, tuan
puteri. Kalau kata-kata kami tidak berkenan di hati tuan puteri.
WIDA :
Ah, sudah. Cukup,
cukup!
TUTI :
Tuan puteri…
WIDA :
Cukup Tuti, cukup!
Kalian jangan menaikkan tensi darahku, dong!
TUTI :
Iya deh, iya. Tapi
ada apa?
WIDA :
Aku BT tahu!
Menunggu kalian di sini sampai akaran. Dari mana saja kalian?
HENI :
Sorry deh, Wid.
Jam terakhir kan
fisika, uhhh.. penyiksaan banget. Jangankan keluar pulang, mau kencing saja
tidak ada yang berani ijin. Lihat tuh si Dian, sampe nimbus begitu.
DENGAN RASA KAGET
JUGA MALU DIAN BERUSAHA MENUTUPI PANTATNYA.
DIAN :
Bohong, Wid. Aku
tidak ngompol, kok. Jangan percaya si tukang ngibul. Lihat nih, ini kan bukan ompol, tapi..
hmm, anu..aku tadi duduk di bangku yang basah, jadi seperti begini ini.
TUTI :
Ngomong-ngomong
ada apa sih, sampai mau-maunya kamu belain kita nunggu di sini?
HENI :
Iya, nih. Jadi
penasaran. Mau bagi-bagi rejeki ya?
WIDA :
Rejeki soal
gampang, soal belakangan itu. Sekarang aku mau menawarkan kepada kalian gossip
yang terhangat saat ini.
HENI :
Gossip apaan, sih?
WIDA :
Kalian mau tidak?
DIAN :
Tapi bukan gossip
murahan, kan?
WIDA :
Jelas bukan. Ini
gossip aku dapatkan dari sumber yang seratus persen bisa dipercaya
kebenarannya.
TUTI :
Ah, paling juga
gossip tentang cowok ganteng lagi.
HENI :
Ngaco! Bukan cowok
ganteng, tapi buaya ganteng, ha..haa..haaa… (DIAN DAN TUTI TURUT TERTAWA)
WIDA :
(kesal) Kalian mau
dengar gosipnya tidak?
TUTI :
Iya, deh iya.
Begitu saja kok, marah.
WIDA :
Kalian tahu si
Suci, kan?
DIAN :
Suci ktua OSIS
kita yang baru?
WIDA :
Iya, tapi itu gak
penting.
HENI :
Suci yang jalannya
begini? (BERJALAN MENIRUKAN LANGKAH ORANG YANG KAKINYA PINCANG)
TUTI :
Ada apa dengan dia?
WIDA :
Sabar, nona sabar.
Menurut sumbr itu, si Suci tiap malam suka terlihat nongkrong di mall.
DIAN :
Maksudmu ngeceng,
mejeng, ngerumpi?
WIDA :
Bukan, masa
potongan seperti itu mejengnya di mall. Dia itu, begini… (MENIRUKAN GAYA ORANG PEMINTA-MINTA)
TUTI :
Ah, yang bener
kamu, Wid?
WIDA :
Serius, masa aku
bohong. Malah tadi malam aku lihat dngan mata kepalaku sendiri, si Suci sedang
pasang kasi belas kasih.
DIAN :
Wah, gawat itu.
Hal ini bisa mencemarkan nama baik skeolah kita.
Kita kan sudah terkenal
karena menmapung anak-anak miskin!
WIDA :
Itulah masalahnya.
Apalagi dia sekarang manjabat sebagai ketua OSIS. Apa kata anak-anak sekolah
lain kalau sekolah kita dipimpin oleh ketua OSIS yang jadi pengemis.
TUTI :
Tapi sebentar,
Wid. Apa kamu yakin kalau Suci memang jadi peminta-minta?
DIAN :
Iya, Wid.
Jangan-jangan ini hanya akal-akalan kamu saja karena sekarang Suci sering
terlihat jalan bareng beno, pacarmu!
WIDA :
Sumpah, aku
serius. Aku jujur!
TUTI :
Ya, boleh jadi
kamu cemburu sama Suci. Kamu takut kalau Suci menggaet Beno. Pincang-pincang
begitu juga, Suci kan
cantik.
BENO MUNCUL
TIBA-TIBA MENGAGETKAN SEMUANYA.
BENO :
Siapa yang
cemburu, Tut?
TUTI :
Aku cemburu! Eh,
aku cemburu.. Wida, Ben yang cemburu.
BENO :
(MENDEKATI WIDA)
benar begitu?
WIDA :
Siapa lagi yang
cemburu tidak usah lah yaw..
BENO :
(DENGAN
KEGEMBIRAAN MELUAP, DIA MENUMPAHKAN RAYUANNYA LEWAT SEBUAH LAGU)
KIDUNG
PERAYU
Berjuta
kumbang di taman
Hanya
satu kembang idaman
Berjuta
gadis impian
Hanya
satu kau yang kusayang
Percayalah,
aku bersumpah
Cinta
kasih hanya buat Wida (2X)
WIDA :
Huu.. gombal!
BENO :
Tidak percaya?
Belah dadaku!
HENI :
Hi..hi.. awas,
Ben. Jangan-jangan panuan.
BENO :
Steril dong.
WIDA :
Kita pulang yu?
BENO :
Lho, kok pulang?
Kenapa?
WIDA :
Memang sekarang
waktunya pulang, iya kan?
BENO :
Ya, memang. Tapi
harus ada alas an yang jelas dong, kenapa jadi mendadak sensitive begini?
WIDA :
Pikir saja
sendiri!
WIDA DAN KETIGA
TEMANNYA YANG BERNIAT UNTUK PULANG MENGHENTIKAN LANGKAHNYA KETIKA SUCI MASUK.
SUCI :
Selamat siang
semuanya?
(WIDA DAN KETIGA
TEMANNYA TIDAK MENJAWAB SALAM DARI SUCI. MEREKA MALAH MENATAPNYA DENGAN NYINYIR)
BENO :
Siang juga, Ci.
Kok belum kamu pulang?
SUCI :
Tadi dipanggil Pak
Ridwan di kantor. Kalian sendiri kenapa belum pada pulang?
WIDA :
Kami juga sudah
berniat mau pulang kok. Lama-lama di sini nanti bnisa ketularan aroma ngemis.
BENO :
Kamu bicara apa,Wid?
WIDA :
Yang kamu dengar
tadi, aku bicara apa?
BENO :
Maksudku, itu
bukan kalimat yang bagus diucapkan lho, Wid!
WIDA :
Oh, jadi itu tidak
bagus ya? Lalu yang bagusnya bagaimana, yang begini? (MENENGADAHKAN TANGAN
SEPERTI PENGEMIS) kasihan pak, kasihan saya bu…
BENO :
Wida!
TUTI :
Sudah sudah.
Kenapa kalian jadi pada ribut! Malu tuh, dilihat orang.
WIDA :
(MENUNJUK SUCI)
ini semua gara-gara dia, tahu!
SUCI :
Lho, kok aku? Apa
salahku, Wid? Aku tidak mengerti.
WIDA :
Jelas kamu tidak
mungkin bisa mengerti. Kamu kan
goblok! Heran, IQ jongkok kok bisa-bisanya jadi ketua OSIS. Ayo deh, kita pulang.
BENO :
Wida! (WIDA DAN
KTIGA REKANNYA TIDAK MEMPEDULIKAN PANGGILAN BENO, MEREKA KEMUDIAN MENERUSKAN
LANGKAHNYA UNTUK PULANG)
Maafkan mereka,
Ci. Sifat merka mmang begitu, gois.
SUCI :
Tidak apa-apa,
Ben. Mreka tidak salah kok, justru memang aku yang tidak tahu malu, tidak bias
mnrima kenyataan. Dan aku memang tidak pantas untuk menjadi ketua OSIS, aku ini
pin…
BENO :
Cukup, Ci. Kamu
jadi ketua OSIS bukan atas kehendakmu, tapi karma sudah menjadi keputusan
teman-teman yang memang percaya kepada kemampuanmu.
SUCI :
Kamu tidak usah
menghiburku, Ben. Lebih baik kamu cepat susul Wida, nanti dia tambah marah ke
kamu.
BENO :
Tapi kamu tidak
apa-apa kan?
(SUCI MENGGELENG) ya, sudah aku duluan ya. Dah..
SUCI :
Dah..
BENO MELANGKAH
PERGI. DALAM KEADAAN PASRAH, SUCI DUDUK MEMENDAM SEGALA TANYA DALAM GELISAH.
SAYUP-SAYUP TRDNGAR MUSIK SYAHDU MENDAYU MENYENTUH SEGALA GUNDAH DALAM HATI
SUCI.
SUCI MASIH DUDUK
TERMENUNG KETIKA WIDA DAN KETIGA TEMANNYA MNGENDAP-ENDAP MENDEKATINYA.
WIDA :
Wah, rupanya ketua
OSIS kita masih betah nih.
TUTI :
Lagi nunggu
tumpangan, ya?
HENI :
Atau mau pindah
lokasi praktek?
DIAN :
Praktek apaan?
HENI :
Praktek belas
kasihan, dong. Kasihan pak.. kasihan bu.. buat tambahan beli mobil.. (KETIGANYA
TERTAWA)
DIAN :
Wah, tongkatnya
bagus juga, Ci. (MEMEGANGI TONGKAT YANG DIPAKAI SUCI)
HENI :
Dapat nemu di
mana, Ci?
WIDA :
Boleh dong kita
pinjam. (MERBUT TONGKAT DARI TANGAN SUCI)
SUCI :
Jangan, jangan
dong..
WIDA :
Alah, baru tongkat
butut saja sudah begitu pelitnya. (MEMAKAI TONGKAT SUCI) wah, asyik juga lho,
pantesan Suci betah pake tongkat ini.
HENI :
Cocok Wid, cocok.
Pantes banget. Si Beno pasti tambah sayang ke kamu..
TUTI :
Bukan sayang
monyong, tapi kasihan hi…hi…hii…
SUCI :
Tolong berikan
tongkat itu, Wid..
WIDA :
Apa, berikan?
Sabar manis, yang lain juga kan
belum kebagian nyoba.
SUCI BERUSAHA
MENGAMBIL TONGKAT DARI TANGAN WIDA, NAMUN WIDA MENGOPERNYA KE HENI. SUCI
MEREBUTNYA, TAPI HENI MENGOPERNYA KE
TUTI, BEGITU SETERUSNYA SAMPAI SUCI TAK KUASA MENAHAN TANGISNYA. MLIHAT BEGITU,
WIDA DAN KETIGA TEMANNYA MENGHENTIKAN ULAHNYA. WIDA KEMUDIAN MELMPARKAN TONGKAT
KE SUCI LANTAS DENGAN PONGAHNYA MERKA MENINGGALKAN SUCI.
SUCI BANGKIT
PRLAHAN, MENGAMBIL TONGKATNYA DAN MELANGKAH PULANG. ADA KIDUNG DUKA YANG MENGANTAR LANGKAH SUCI.
KIDUNG DUKA
Begini nasib diri, selalu sepi
Kebenaran hakiki, tidak berarti
Keangkuhan jadi boomerang
Kesombongan kejam nian
Tapi akan selalu kucari
Sisa kebenaran hakiki
BABAK II
HENI YANG SEDANG
JALAN-JALAN DI PASAR TIBA-TIBA DIKEJUTKAN OLEH BEBERAPA ORANG PREMAN YANG
MENGGANGGUNYA. MEREKA MENCOLEKNYA,
MENJAHILINYA. PERBUATAN MEREKA TERHENTI KETIKA SUCI DATANG. MEREKA MENYALAMI
SUCI AKRAB SEKALI. HENI HANYA KEHERANAN MENYAKSIKAN ADEGAN ITU. APALAGI KETIKA
PREMAN-PREMAN ITU KEMUDIAN MALAH DIKENALKAN SUCI KEPADANYA. AKHIRNYA HENI
MENERIMA ULURAN TANGAN MEREKA. SUASANA BERUBAH AKRAB. (ADEGAN INI MENGGUNAKAN
IMPROVISASI)
BABAK III
WIDA, DIAN, DAN
TUTI SEDANG BERKUMPUL. ADA TAWA, ADA CANDA, ADA CELOTEHAN, ADA KEGEMBIRAAN DI RAUT
MUKA MEREKA.
TUTI :
Hi..hii… sama
sekali tidak kusangka, ini betul-betul di luar prkiraan.
DIAN :
Tapi semua telah
terjadi, Suci telah mengundurkan diri, cabut dari sekolah secara resmi, aku
dengar langsung dari bapak wali kelas.
WIDA :
Apa kata beliau?
DIAN :
Tak jelas
pastinya.
TUTI :
No problem, bukan
urusan kita lagi, kan?
Yang jelas sekarang aku harus siap-siap untuk be-te nih!
WIDA :
Memangnya kenapa?
TUTI :
Aku bingung, siapa
lagi anak yang pantas kita ledekin slain Suci?
WIDA :
Uuh.. jahat pisan!
TUTI :
Yang pasti tidak
lebih jahat dari kamu, kan?
WIDA :
Jahat apanya?
TUTI :
Pak nanya, apa
kamu tidak ingat siapa coba anaknya yang berani mengambil tongkat Suci selain
kamu?
DIAN :
Sudahlah, tidak usah
diperpanjang. Lebih baik kita susun
rencana baru, akan ke mana kita setelah ini?
TUTI :
Boleh, siapa
takut. Siapa tahu di mall aku dapat temukan mainanku.
WIDA :
Mainan apa, Tut?
TUTI :
Si cantik Suci,
dia ka nada di sana.
Hi..hii…
BENO MASUK KETIKA MEREKA
BARU SAJA HENDAK PERGI.
BENO :
Mau ke mana
kalian, lari dari tanggung jawab? Kalian semua memang sama jahatnya, tidak
berperikemanusiaan!
TUTI :
Sebentar, Ben.
Nanti dulu, tidak ada angina tidak ada hujan kamu kok dating langsung marah
begini. Ada apa?
BENO :
Aku yang
seharusnya nanya, kenapa kalian tega tehadap Suci hingga dia keluar dari
sekolah ini.
WIDA :
Beno sayang, kami
tidak mengerti tentang semua ini, orang dia sendiri kok yang mengajukan surat permohonan
pemberhentian sekolah.
BENO :
Tidak mungkin,
pasti ada sebab kenapa Suci sampai memutuskan untuk keluar.
DIAN :
Mana kami tahu?
BENO :
Kalian buknnya
tidak tahu, tapi tidak mai tahu. Apa yang telah kalian lakukan pada Suci?
(KETIGANYA DIAM)
Ayo jawab, kalian kan bukan batu!
(KETIGANYA MASIH
DIAM)
Kalian memang
benar-benar berhati batu. Aku muak dengan kalian, sekarang cepat katakana,
siapa dalang dari semua ini?
(KETIGANYA SALING
PANDANG)
DIAN :
Wida, Ben.
BENO :
Sudah aku duga.
Kenapa kamu lakukan itu, Wid? Kenapa kamu tega melukai perasaan Suci? Aku
kecewa padamu, Wid! Padahal kalau kalian mau tahu, karena Sucilah, Heni jadi
selamat dari gangguan preman yang hendak mencelakakannya.
SUCI DAN HENI
MASUK
HENI :
Betul apa yang
dikatakan Beno. Kalau saja tidak ada Suci, aku mungkin tidak akan selamat dari
gangguan prman-preman itu. Perlu kalian tahu, di mall Suci bukan menjadi
peminta-minta. Tanpa ada rasa malu, Suci mau berjualan makanan kecil buatan
ibunya setiap sore hingga malam. Pelanggannya banyak, trmasuk preman-preman
tadi. Karena kebaikan Suci pada mereka, mereka tidak jadi menggangguku. Malahan
sebaliknya, mereka berubah baik kepadaku.
WIDA :
Maafkan aku, Ci.
Kuakui ini semua memang salahku. Aku terpaksa melakukannya, menghasut
teman-teman supaya memusuhi kamu. Itu semua kulakukan karena aku, aku cemburu
ke kamu yang sering jalan bareng dengan Beno.
TUTI :
Tapi jangan bawa
kami ke urusan pribadi dong!
WIDA :
Iya, deh aku minta
maaf juga ya, Tut.
TUTI :
Maaf, maaf. Sudah
basi tahu! Aku tidak mau bersahabat dengan kamu lagi, kamu jahat. Aku piker
kamu ngajak aku ledekin Suci karena memang Suci pantas kita ledekin. Tapi
ternyata kami hanya dijadikan tumbalmu saja. Ayo Dian kita pergi saja, tidak
ada gunanya berteman dengan dia!
WIDA :
Tuti, Dian, kok
kalian jadi begitu sih?
DIAN DAN TUTI
MELANGKAH KELUAR, WIDA MENDEKATI HENI.
WIDA :
Hen, maafkan aku
ya?
HENI :
Pasti, tapi bukan
untuk saat ini.
WIDA :
Hen! (HENI
MELANGKAH PERGI)
WIDA :
Ben..
BENO :
Puas sekarang! Ayo
Ci, kamu masih dibutuhkan di sekolah ini. Sekarang kita menghadap bapak kepala
sekolah.
WIDA :
Ben, aku menyesal.
Aku minta maaf.
BENO :
Tunggu sampai
urusanku selesai.
BENO DAN SUCI
MELANGKAH KELUAR. WIDA GELISAH SENDIRI. NAMUN TIBA-TIBA SUCI KEMBALI LAGI DAN
MENGHAMPIRI WIDA. SUCI MEMELUKNYA. MEREKA BRDUA LAMA BERPELUKAN SEBELUM
AKHIRNYA MELANGKAH KELUAR.
MUSIK RIANG DAN
MENGHENTAK MENGIRINGI KEPERGIAN MEREKA.
Wassalam..
Istana mungil
Kalimanggis, 4 juni 2002
Ditik ulang;
cirea 20-an Juli 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar